Kisah Imam Bukhori dan Do'a Ibu Yang Terkabul


  • Imam Bukhari memiliki nama asli Abu 'Abdillah Muhammad bin Isma'il Al-Bukhari. Imam Bukhari memiliki kisah yang berkaitan dengan doa ibu.

Dikutip dari Biografi Imam Empat Mazhab dan Imam Perawi Hadits karya Abdul Qadir Ar-Rahbawi, Imam Bukhari adalah seorang perawi hadits. Ia lahir pada tahun 194 H dan meninggal dunia pada tahun 256 H atau pada usia 62 tahun yang kurang 13 hari.

Imam Bukhari banyak menulis hadits dari para penghafal hadits seperti Al-Makiy bin Ibrahim Al-Balkhi, 'Abdullah bin Musa Al-'Abbasi, Abu Nu'aim Al-Fadhl bin Dakin, 'Abdullah bin 'Utsman Al-Marwazi, 'Ali bin Al-Madini, Yahya bin Mu'in, Ahmad bin Hanbal, dan lain-lain. Banyak orang telah belajar dan mendapatkan hadits dari Imam Bukhari dan kurang lebih 90.000 orang telah belajar kitab Bukhari.

Beliau menuntut ilmu sejak berusia 10 tahun dan belajar dari para ahli hadits sejak berusia 11 tahun. Imam Bukhari pernah berkata yaitu,

"Aku telah mengeluarkan dalam kitab Shahih (Al-Bukhari) kurang lebih 600.000 hadits. Dan aku tidak menulis satu hadits pun kecuali sebelumnya aku mengerjakan salat dua rakaat terlebih dahulu."

Sebelum menjadi imam besar dan menuliskan buku serta hadits yang kita jadikan sebagai landasan hingga sekarang, Imam Bukhari memiliki kisah semasa kecil yang berkaitan dengan doa ibu. Dikutip dari Majalah Ar-Risalah Menata Hati Menyentuh Ruhani Edisi 227 dikisahkan ibu dari Imam Al-Bukhari.

Kisah Imam Bukhari dan Doa Ibu

Imam Bukhari lahir di Bukhara, Samarkand. Ia adalah anak kecil yatim yang dulunya pernah mengalami gangguan penglihatan tepatnya kebutaan.

Sang ibunda tak pernah putus dalam mendoakannya di sepertiga malam. Hingga pada suatu malam, sang ibunda bermimpi berjumpa dengan Nabi Ibrahim AS dalam tidurnya berkata,

"Wahai ibu, sungguh Allah telah mengembalikan kedua mata putramu karena kamu sering berdoa kepada-Nya."

Keesokan harinya, penglihatan Al-Bukhari benar-benar telah kembali. Perasaan gegap gempita lantaran kembalinya penglihatan putranya, membuat sang ibunda mewakafkan hidup putranya untuk ilmu.

Pada usia 16 tahun, sang ibunda mengajaknya umrah ke Makkah bersama saudaranya. Seusai umrah, Al- Bukhari menetap di Makkah untuk menuntut ilmu. Sementara ibundanya kembali pulang bersama saudaranya.

Pada masa setelahnya, Al-Bukhari menjadi Syaikh Al-Muhadditsin atau gurunya para ahli hadits. Kitab beliau, Shahih Al-Bukhari, menjadi kitab rujukan paling shahih setelah Al-Qur'an.

Dilengkapi melalui tulisan The Great Mothers Biografi Ibunda Para Ulama tulisan Ibnu Marzuqi al-Gharani, dijelaskan bahwa keshalihahan ibunda Al-Bukhari ini menjadi tanda kematangan sikapnya dalam beragama. Ia memiliki sikap tawakkal sekaligus raja' (pengharapan) yang sangat luar biasa kepada Allah SWT.

Kualitas luar biasa dari kecerdasan hati semacam inilah yang mampu membuatnya sukses membesarkan Imam Bukhari tanpa keberadaan sosok suami. Sifat dan sikap ibunda Imam Bukhari pada akhirnya mampu menjadi pelita bagi sang putra.

Doa seorang ibu maupun orang tua pada umumnya sangat mustajab atau manjur. Oleh karena itu, tak ayal Imam Bukhari mendapatkan kesembuhan dan kemampuan yang luar biasa berkat ikhtiar dan doa dari ibundanya.

Berkenaan dengan mustajabnya doa seorang ibu pernah disinggung dalam sejumlah hadits Rasulullah SAW. Salah satunya dalam hadits berikut,

"Tiga doa yang mustajab yang tidak diragukan lagi, yaitu doa orang tua, doa orang yang bepergian, dan doa orang yang dizhalimi." (HR Abu Dawud)

Dalam riwayat lain, Rasulullah SAW bersabda, "Ada tiga jenis doa yang mustajab (terkabul), tidak diragukan lagi, yaitu doa orang yang dizhalimi, doa orang yang bepergian, dan doa kejelekan kedua orang tua kepada anaknya." HR Bukhari)

Selain itu, diriwayatkan pula, "Tiga doa yang tidak tertolak, yaitu doa orang tua, doa orang yang berpuasa, dan doa seorang musafir." (HR Baihaqi)


Rangkuman 

Ibunda Imam Bukhori, seorang wanita sholehah yang bernama Aisyah binti Ahmad, memiliki peran besar dalam mengantarkan putranya menjadi salah satu ulama hadits ternama di dunia. Berikut beberapa kisah inspiratif tentang beliau:

Doa yang Mustajab
Saat Imam Bukhori masih kecil, beliau mengalami kebutaan. Sang ibunda tak henti-hentinya berdoa di sepertiga malam memohon kesembuhan putranya. Suatu malam, beliau bermimpi bertemu Nabi Ibrahim AS yang mengatakan bahwa Allah SWT telah mengembalikan penglihatan putranya karena doa sang ibunda. Keesokan harinya, penglihatan Imam Bukhori benar-benar pulih.

Dukungan Penuh untuk Menuntut Ilmu
Sejak kecil, Imam Bukhori menunjukkan kecerdasan dan minatnya yang tinggi terhadap ilmu agama. Sang ibunda pun selalu mendukungnya. Ketika usia 16 tahun, beliau mengajak putranya umrah ke Makkah dan menetap di sana untuk menuntut ilmu. Sang ibunda kembali ke Bukhara, namun selalu mendoakan dan mendukung putranya dari jauh.

Keteguhan Iman dan Tawakkal
Kisah keteguhan iman dan tawakkal sang ibunda menjadi teladan bagi banyak orang. Beliau tidak pernah putus asa dalam menghadapi cobaan dan selalu yakin bahwa Allah SWT akan memberikan yang terbaik bagi hamba-Nya. Doa dan dukungannya kepada Imam Bukhori pun mengantarkan putranya menjadi ulama hadits yang disegani dan karyanya, Sahih Bukhari, menjadi salah satu kitab hadits paling terpercaya di dunia.

Kisah Inspiratif
Kisah ibunda Imam Bukhori menjadi pengingat bagi kita tentang pentingnya peran seorang ibu dalam pendidikan dan pembinaan anak. Doa, dukungan, dan keteladanan seorang ibu dapat mengantarkan anaknya mencapai kesuksesan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat.


Posting Komentar

0 Komentar